Ketika Nama itu tidak ada di Hati

29/05/2009 11:17

Apa yang membuat seorang suami dimana ia bekerja dari pagi hingga petang,sedikit sekali waktu untuk bertemu dengan istrinya,tetapi ia masih dapat menjaga perkawinannya dengan baik?
Sebaliknya apa yang membuat seorang istri sanggup menjaga diri, anak-anak dan harta suaminya ketika suaminya berada jauh dengannya?
Semua itu tidak lain adalah karena selalu ada …Nama di Hati.. Sehingga menimbulkan rasa cinta, rasa sayang, takut berkhianat dan selalu menjaga cinta itu agar tumbuh subur di dalam sebuah perkawinan.

Yaitu ketika dalam hati seorang suami melekat dan terus teringat pada istrinya, meskipun istrinya tidak berada di dekatnya, maka hal inilah yang mampu menjaga sikap dan perilaku seorang suami untuk tidak mengkhianati istrinya. Begitu pula sebaliknya..Jika dalam hati sang istri senantiasa melekat nama sang suami,selalu teringat akan cinta suami,maka rasanya takut untuk berbuat kurang ajar/ berkhianat terhadap suami. Jika demikian apa yang akan terjadi? keluarga sakinah akan terwujud, perkawinan harmonis akan terjaga..

Namun Jika Nama itu sudah tidak ada lagi di hati… maka apa yang bisa mencegah seorang istri/suami untuk tetap setia? Sama saja memiliki tetapi tidak merasakan dekat.. karena sudah tidak ada rasa cinta, rasa menghargai, rasa takut dan akhirnya merasa jauh..hambarnya sebuah perkawinan.

Begitu pula dengan cinta kita kepada Allah, ketika nama itu tidak bersemayam lagi di hati, apa yang bisa mencegah kita untuk berbuat munkar? tidak ada!
Kita akan semakin gampang berbuat dosa. Tidak merasakan bahwa Allah itu dekat, padahal Allah itu ada..dan dekat
Tidak merasakan takut padaNya padahal Allah itu terus mengawasi dan Maha Melihat segala tingkah polah kita, baik yang dzohir maupun yang batin.

Selama ini kita bangsa Indonesia memang mayoritas beragama Islam tetapi belum tentu menjadi mukmin. Islam tetapi belum tentu beriman..
Mengerjakan sholat tetapi tidak mendirikan sholat.. Membaca Al-Quran tetapi masih berbuat dzalim.. Lantas dimana yang salah atas terjadinya semua ini?
Apakah Islam yang salah atau orang-orang Islam yang salah menyampaikan ajaran Islam? Yang jelas, Islam tidak pernah salah mengajarkan kepada umatnya, tidak pernah keliru memberikan tuntunan… namun orang-orang Islam yang belum berimanlah yang kurang bisa memahami tuntunan yang benar ini.

Coba simak di beberapa media, tidak sedikit orang yang bernama indah, dimana namanya menggunakan nama Islam yang memberi arti baik, seperti Rahmatullah, Muhammad (bla blaa bla….) tetapi kelakukaannya tidak mencerminkan Islam. Masa’ menyandang nama Muhammad, tetapi dia pelaku korupsi?… menyandang nama Rahmatullah tetapi menjadi terdakwa pembunuhan sadis? Astaghfirullah.. apa yang salah? siapa yang salah?

Saya rasakan.. bahwa ada benarnya apa yang disampaikan Guru saya,
Selama ini orang Islam mengajarkan bahwa dengan sholat akan diampuni dosanya, bahwa membaca Al-Quran akan mendapat pahala. Sehingga siapa yang sholat atau membaca Al-Quran akan masuk surga.. PADAHAL tidak seperti itu. Memang benar membaca Al-Quran itu mendapat pahala..tapi bukan sekedar membaca..
Membaca, difahami dan diamalkan.. baru ketika tampak amal ibadahnya di lingkungan sekitar, ini yang disebut mendapat pahala. Karena ternyata dengan membaca dan memahami Al-Quran seseorang bisa perduli dengan kesusahan tetangganya, seseorang bisa jadi berbakti pada orang tuanya, seseorang jadi bertanggung jawab terhadap keluarganya, seseorang menjadi tahu mana perbuatan yang munkar dan mana yang diridhoi Allah, dsb sehingga semua itu menyebabkan seseorang menjadi dekat dengan Allah, cinta kepada Allah dan pada akhirnya ia akan dapat mengontrol segala perbuatan, memilah dan memilih mana yang membawa manfaat atau mendatangkan mudharat. Dengan begitu seorang muslim yang bertaqwa dan beriman akan terwujud.

Tetapi ketika Al-Quran hanya menjadi bacaan dan tidak pernah tahu apa maksudnya, apalagi diamalkan dalam keseharian.. Orang akan amat mudah berbuat munkar.
Lihatlah ayat Allah yang menegaskan bahwa “Sesungguhnya Sholat mencegah perbuatan keji dan munkar” ketika seseorang mengerjakan sholat namun sholatnya tidak mampu mencegahnya dari berbuat keji/munkar… berarti ia tidak mendirikan sholat. Maka dari itu jaman sekarang banyak yang salah kaprah.. korupsi, korupsi aja..khan nanti masih bisa sholat dan diampuni dosanya. Uang korupsi dipakai naik haji khan sudah dihapus dosanya sesuai itung itungan dosa dan pahala. Islam tidak pernah mengajarkan hal seperti ini. Allah itu Maha Suci dan Allah tidak akan bisa diakali dengan mencampuradukkan yang bersih dan yang kotor.

Sematkan Asma Allah di dalam hati, setiap saat..diwaktu sempit maupun lapang, supaya kita bisa merasakan dekat dengan-Nya, taat, tunduk dan patuh pada-Nya, supaya hidup kita mendapatkan Ridho dari-Nya.
Karena ketika Nama itu hilang dari hati, tidak akan ada lagi yang mencegah kita berbuat dosa, dan selanjutnya kita akan semakin kehilangan arah hidup..Saat itulah Islam tinggal nama, Al-Quran tinggal huruf dan Allah seolah tidak ada.
Semoga kita para muslim,akan terus saling mengingatkan agar senantiasa terhindar dari hal yang demikian, insyaAllah..amin.

—————

Back