Mengukur Nilai Keimanan dengan Ujian

29/05/2009 11:15

Kenapa Alloh menguji kita padahal jika mau berpikir secara logika akal diluar keimanan, kita akan menemukan sebuah jawaban “Alloh”. Alloh adalah maha segalanya, Alloh tidak membutuhkan makhluk dan Alloh tetaplah tuhan yang tidak butuh kita sembah dan tanpa adanya kita Alloh tetaplah tuhan sesembahan seluruh alam semesta. Jika kita teliti kembali, kenapa Alloh menciptakan kita dan mengapa kita harus menerima ujian dan mengalami proses serta mengalami perbedaan.

Marilah kita buka firman firman Alloh yang disampaikan oleh malaikat jibril kepada rasulullah yang berupa Al quran. Didalamnya banyak diungkap dan disampaikan kepada kita untuk menjadi pedoman dan landasan atas setiap tindakan dan perbuatan kita. Tatkala Alloh mencintai hambaNya, maka Alloh akan memberinya ujian dan cobaan sebagai bagian dari rasa cintanya kepada hambaNya. Karena Alloh hanya menginginkan kepada sang hamba untuk selalu ingat kepadaNya dan selalu bersamaNya. Karena secara logis kita bisa tebak, pada saat kita mengalami suatu musibah, maka yang akan kita ingat hanya Alloh. Dengan begitu khusyu’ kita memohon kepada Alloh untuk dikeluarkan dari kondisi tersebut.

Dalam al-quran dinyatakan, bahwa Alloh tak pernah menguji hambaNya melainkan sesuai kadar kemampuan yang ada pada dirinya. Akan tetapi seringkali kita melihat akan adanya sesuatu yang bertolak belakang dengan apa yang Alloh firmankan. seolah olah kita merasakan ujian itu terasa berat dan terasa diluar batas kemampuan kita. Sangat disayangkan kita sering menuduh atau lebih jelasnya kita telah berbuat su’dzon kepada Alloh. Melalui ikhtiar yang kita jalankan, kita sering menyalahkan Alloh, kita berteriak bahwa allah salah menghukum kita, Alloh tidak adil, Alloh jahat, tatkala bencana itu datang melanda kita yang sudah menjadi kehendak Alloh. Sebuah pemikiran salah yang sudah seharusnya dihindari oleh umat manusia, khusunya yang mengaku seorang muslim.

Lihatlah kota jakarta yang sering dilanda banjir tatkala musim hujan datang, mereka beranggapan bahwa itu kehendak Alloh. Lalu dimanakah kita manusia yang merasa sok tak bersalah padahal itu semua adalah ulah manusia sendiri. Jujurlah bahwa apa yang menimpa kita sebagai manusia adalah hasil dari perbuatan kita sendiri. kebanyakan dari kita pasti sering mendengar hukum sebab akibat, aksi reaksi dan istilah lain yang berkaitan erat satu sama lain, yang dalam realitas kehidupan ini sering menjadi tolok ukur kita dalam menyelesaikan setiap persoalan yang berkaitan erat dengan kejadian hidup. Kita mengerti bahwa membuang sampah sembarangan disungai dapat menimbulkan efek yang tidak baik terhadap lingkungan sekitar kita. Terlebih lagi bahaya banjir dan sanitasi yang buruk dapat memicu munculnya berbagai macam penyakit dan dapat berakibat fatal bagi orang orang disekitar kita. Merekalah yang akan merasakan setiap perbuatan buruk kita dan itu juga akan menjadi contoh bagi anak cucu kita. Dahulu kala jika kita melihat sejarah bahwa sungai ciliwung memiliki lebar yang cukup untuk dilewati kapal kapal besar dari Negara asing yang singgah ke Batavia namun sekarang sampahpun susah untuk melewatinya ditambah lagi banyak sampah yang berserakan disepanjang aliran sungai.

Dari kejadian diatas, bahwa manusia sering membuat kerusakan dimuka bumi, akan tetapi dengan alasan tuntutan kebutuhan, manusia melupakan apa yang akan menjadi akibat dikemudian hari. Seolah kita tak pernah merasa berdosa atas apa yang kita perbuat terhadap generasi yang akan datang. Tanpa kita sadari pula kita telah merusak keimanan kita dengan su’udzon kepada Alloh dan bersama itu pula kita telah memancing kemurkaan Alloh atas kita dengan pengingkaran terhadap eksistensi Alloh swt.

Kita hanya mengaku bertuhankan Alloh, namun kita tak pernah merasa bahwa kita ini bertuhankan Alloh. Selalu dekat dengan kita dan mengetahui setiap perbuatan buruk yang kita sembunyikan walaupun keburukan itu hanya kita sendiri.

Kita seringkali merasa sedih tatkala Alloh mengambil sesuatu yang kita cintai. Menguji kita dengan berbagai macam cobaan dan berbagai macam proses yang harus kita lalui. Namun apakah kita pernah sadar bahwa ujian dan segala proses yang terjadi didalamnya merupakan wujud dari kecintaan Alloh terhadap hambanya. Dari situlah Alloh memberikan kemuliaan dan anugerah yang diberikan kepada umatnya dan hanya umat pilihanlah yang bisa mendapatkannya. Jika penderitaan terus menerus mendera kita, maka bersyukurlah karena Alloh sedang memproses kita untuk menjadi seorang insan kamil yang akan menjadikan kita sebagai penyampai risalah islam melalui tingkah pola langkah dan perbuatan dimana Alloh yang akan mendidik kita secara langsung.

Namun jika dalam menerima ujian kita hanya bisa menyerah dan berharap pertolongan dari selain Alloh, maka sesungguhnya neraka sudah berada dihadapan kita.

Seorang ulama’ sufi bernama ibnu atha’illah as syakandari merasa bersedih tatkala ujian tak datang menghampirinya dan selalu bersedih tatkala mendapatkan kenikmatan dari Alloh,menurut beliau tatkala ujian mendera kita, disitu terdapat kasih sayang Alloh. dan tatkala kenikmatan datang melanda terasa bahwa Alloh sedang menjauh dari dirinya. Pada jaman sekaran kondisi tersebut berbalik, kita menilai saat ujian itu datang kita merasa Alloh menjauh dari kita, namun tatkala kenikmatan berdatangan kita merasa Alloh sedang dekat dengan kita.

Padahal seiring datangnya kenikmatan itu kita akan makin sering melupakan Alloh. Hal ini dikarenakan kita disibukkan sesuatu yang menjadi ciptaan Alloh, dan tidak lagi sibuk untuk mengingat Alloh. Jujur harus kita akui, bahwa kita pasti sangat tidak menyukai ujian, padahal setiap makhluk Alloh yang dimuliakan Alloh selalu mendapati dirinya dalam keadaan menderita secara fisik, kebahagiaan mereka adalah saat hati mereka tak pernah lepas dari mengingat Alloh. bahkan diantara mereka berani mengklaim tahu kapan saat Alloh mengingat dirinya dan kapan Alloh melupakan dirinya. Kita yang tak pernah tahu kapan kondisi seperti bisa mendatangi kita namun kita berasa dekat dengan Alloh padahal mengingatNya saja kita tak pernah. Seorang ulama’ mengatakan kapan Alloh mengingat dirinya adalah tatkala dirinya mengingat Alloh dan tatkala Alloh jauh adalah saat dimana kita jauh dari mengingatnya.

Judul asli : Ujian
Oleh : Mdjae

—————

Back